Indonesia terus memantapkan posisinya sebagai negara penggerak energi terbarukan dengan mendorong penggunaan biodiesel. Salah satu kebijakan penting adalah penerapan mandatori B35 dan rencana penguatan ke B40, yaitu campuran 35% hingga 40% biodiesel ke dalam bahan bakar solar. Kebijakan ini tak hanya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM fosil, tetapi juga untuk mendukung penurunan emisi gas rumah kaca serta meningkatkan nilai tambah industri kelapa sawit domestik.
Tantangan dalam Penggunaan Biodiesel dengan Persentase Tinggi
Penerapan campuran biodiesel yang lebih tinggi membawa sejumlah tantangan teknis, seperti kestabilan oksidatif bahan bakar, pembentukan deposit, dan efek terhadap performa mesin diesel modern. Semakin tinggi konsentrasi biodiesel, semakin tinggi pula risiko terjadinya kerusakan sistem bahan bakar, penyumbatan filter, dan peningkatan konsumsi bahan bakar akibat viskositas yang lebih tinggi.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, industri memerlukan solusi teknologi canggih berupa biodiesel additive dengan formulasi modern yang dirancang khusus untuk aplikasi B35-B40.
Apa Itu Biodiesel Additive?
Biodiesel additive adalah bahan kimia yang ditambahkan dalam biodiesel atau campuran biodiesel untuk meningkatkan karakteristik performa dan kualitas bahan bakar. Fungsi utamanya meliputi peningkatan kestabilan oksidatif, pengurangan deposit karbon, pencegahan korosi, peningkatan nilai cetane, serta pengendalian emisi. Dalam konteks mandatori B35-B40, additive memainkan peran penting untuk memastikan bahan bakar tetap kompatibel dengan mesin diesel konvensional maupun modern.
Komponen Kunci dalam Formulasi Modern Biodiesel Additive
Formulasi additive yang digunakan untuk campuran B35-B40 dirancang lebih kompleks dan multifungsi. Berikut adalah beberapa komponen utama dalam formulasi modern additive biodiesel:
1. Antioksidan
Antioksidan seperti BHT (butylated hydroxytoluene) dan aminic antioxidants digunakan untuk mencegah degradasi bahan bakar akibat oksidasi. Ini penting karena biodiesel cenderung memiliki ketahanan oksidasi yang lebih rendah dibandingkan solar konvensional, yang dapat menyebabkan terbentuknya gum dan sludge.
2. Cetane Improver
Untuk menjaga performa pembakaran, cetane improver seperti 2-ethylhexyl nitrate (EHN) ditambahkan. Senyawa ini mempercepat penyalaan bahan bakar dalam silinder, mengurangi ketukan (knocking), dan meningkatkan efisiensi mesin.
3. Detergent dan Deposit Control Agent
Deposit control agents menjaga kebersihan sistem bahan bakar, mencegah pembentukan kerak di injektor dan ruang bakar. Senyawa ini penting untuk menjaga efisiensi mesin diesel dalam jangka panjang, terutama pada penggunaan B40.
4. Cold Flow Improver (CFI)
Biodiesel memiliki titik beku yang lebih tinggi dibandingkan solar murni. CFI seperti polymeric additives digunakan untuk menurunkan Cloud Point dan Pour Point, sehingga biodiesel tetap mengalir pada suhu rendah tanpa menyumbat filter.
5. Anti-Korosi
Sifat higroskopis biodiesel dapat meningkatkan risiko korosi pada sistem bahan bakar. Additive berbasis inhibitor korosi melindungi komponen logam dalam tangki, pipa, dan injektor dari degradasi akibat air dan oksidasi.
6. Emulsion Breaker
Dalam kondisi penyimpanan atau transportasi, air dapat bercampur dengan biodiesel membentuk emulsi. Emulsion breaker membantu memisahkan air dari bahan bakar, mencegah kerusakan mesin dan penyumbatan filter.
Contoh Aplikasi di Lapangan
Beberapa perusahaan pengangkutan di Indonesia, seperti operator armada truk logistik dan bus TransJakarta, mulai menerapkan additive biodiesel untuk memastikan kendaraan mereka tetap andal meski menggunakan B35 atau B40. Dalam studi lapangan, penggunaan additive mampu menurunkan konsumsi bahan bakar sebesar 3-5%, serta mengurangi emisi partikulat hingga 30%.
Inovasi Formulasi Berbasis Teknologi Nano
Seiring perkembangan teknologi, beberapa produsen additive mulai menggunakan nano-emulsion technology dalam formulasi mereka. Teknologi ini meningkatkan homogenitas campuran additive dalam biodiesel, mempercepat reaksi pembakaran, dan meningkatkan efisiensi emisi. Di sisi lain, nanopartikel logam (seperti cerium oxide) juga dieksplorasi sebagai katalis pembakaran dalam additive, memberikan manfaat tambahan berupa pembakaran lebih bersih dan tuntas.
Manfaat Ekonomi dan Lingkungan
Penggunaan biodiesel additive tak hanya berdampak teknis, tetapi juga memberikan efek ekonomi jangka panjang. Dengan meningkatkan efisiensi pembakaran dan menjaga performa mesin, biaya perawatan kendaraan dapat ditekan. Selain itu, penurunan emisi karbon dan partikel memperkuat posisi Indonesia dalam komitmen global untuk pengurangan emisi gas rumah kaca sesuai Paris Agreement.
Regulasi dan Standar Terkait
Formulasi additive harus memenuhi standar SNI dan diuji secara ketat oleh lembaga seperti Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T). Pemerintah juga mewajibkan uji kompatibilitas additive dengan material mesin dan tangki penyimpanan. Oleh karena itu, produsen additive harus bekerja sama erat dengan produsen otomotif untuk memastikan keamanan dan kompatibilitas bahan.
Kesimpulan
Dengan meningkatnya konsentrasi campuran biodiesel dalam bahan bakar nasional, formulasi biodiesel additive memainkan peran strategis dalam menjaga keberlanjutan dan keandalan sistem transportasi berbasis diesel. Inovasi dalam aditif modern tidak hanya meningkatkan performa, tetapi juga mendukung transisi energi hijau di Indonesia. Dukungan dari pemerintah, industri otomotif, dan pelaku usaha bahan kimia akan menentukan keberhasilan jangka panjang dari implementasi mandatori B35 dan B40.
Rekomendasi untuk Pengguna dan Industri
Bagi para pemilik armada, distributor bahan bakar, dan pelaku industri, penting untuk memilih additive yang telah teruji secara laboratorium dan lapangan. Gunakan produk dari produsen terpercaya yang memiliki sertifikasi mutu dan hasil uji kompatibilitas. Penggunaan additive yang tepat tidak hanya melindungi mesin, tetapi juga mendukung tujuan besar bangsa dalam mewujudkan kemandirian energi dan lingkungan yang lebih bersih.
Sumber: Grinzest.com